Ilmu adalah jendela dunia

Carilah Ilmu bagai Mencari mata Air Baru

***** MEMBACA ADALAH CARA UNTUK MENEMUKAN PENGETAHUAN ****

Jumat, 07 Desember 2012

INFLASI SUMATERA UTARA dari BPS


                                        

”INFLASI SUMUT”
1999 – 2011
SUMBER : BPS SUMUTD
I
S
U
S
U
N



OLEH :
ANANDA SETIAWAN    { 7113141005 }

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
Fakultas Ekonomi
T.A 2011 / 2012
INFLASI
A. Pengertian Inflasi
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidak lancaran distribusi barang.
Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator.
B. Macam-macam Inflasi
Inflasi dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu inflasi ringan, sedang, berat, dan hiperinflasi
a. Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah angka 10% setahun
b. inflasi sedang antara 10%—30% setahun
c. berat antara 30%—100% setahun
d. dan hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100% setahun.
C. Sebab-sebab terjadinya Inflasi
Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan dan yang kedua adalah desakan produksi dan/atau distribusi. Untuk sebab pertama lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan moneter (Bank Sentral), sedangkan untuk sebab kedua lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan eksekutor yang dalam hal ini dipegang oleh Pemerintah seperti fiskal, kebijakan pembangunan infrastruktur, regulasi, dll.
1.         Inflasi tarikan permintaan terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan dimana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat harga.. Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment dimana biasanya lebih disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas dipasar yang berlebihan. Membanjirnya likuiditas di pasar juga disebabkan oleh banyak faktor selain yang utama tentunya kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran jumlah uang, kebijakan suku bunga bank sentral, sampai dengan aksi spekulasi yang terjadi di sektor industri keuangan.
2.         Inflasi desakan biaya terjadi akibat adanya kelangkaan produksi atau juga termasuk adanya kelangkaan distribusi, walau permintaan secara umum tidak ada perubahan yang meningkat secara signifikan. Berkurangnya produksi sendiri bisa terjadi akibat berbagai hal seperti adanya masalah teknis di sumber produksi (pabrik, perkebunan, dll), bencana alam, cuaca, atau kelangkaan bahan baku untuk menghasilkan produksi tsb, aksi spekulasi (penimbunan), dll, sehingga memicu kelangkaan produksi yang terkait tersebut di pasaran. Begitu juga hal yang sama dapat terjadi pada distribusi, dimana dalam hal ini faktor infrastruktur memainkan peranan yang sangat penting.
D. Dampak Inflasi
Inflasi memiliki dampak positif dan juga dampak negatif.
1. Dampak positif:
a. Peredaran / perputaran barang lebih cepat.
b. Produksi barang-barang bertambah, karena keuntungan pengusaha bertambah.
c. Kesempatan kerja bertambah, karena terjadi tambahan investasi.
d. Pendapatan nominal bertambah, tetapi riil berkurang, karena kenaikanpendapatan kecil.
2. Dampak Negatif:
a. Harga barang-barang dan jasa naik.
b. Nilai dan kepercayaan terhadap uang akan turun atau berkurang.
c. Menimbulkan tindakan spekulasi.
d. Banyak proyek pembangunan macet atau terlantar.
e. Kesadaran menabung masyarakat berkurang.

Inflasi ini timbul karena adanya karena adanya inflasi dari luar negeri yang mengakibatkan naiknya harga barang-barang impor.
Kondisi inflasi menurut Samuelson (1998:581), berdasarkan sifatnya inflasi dibagi menjadi tiga bagian yaitu
Þ    Merayap {Creeping Inflation)
Laju inflasi yang rendah (kurang dari 10% pertahun), kenaikan harga berjalan lambat dengan persentase yang kecil serta dalam jangka waktu yang relatif lama.
Þ    Inflasi menengah {Galloping Inflation)
Ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar dan kadang-kadang berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi yang arrinya harga-harga minggu/bulan ini lebih tinggi dari minggu/bulan lalu dan seterusnya.
Þ    Inflasi Tinggi {Hyper Inflation)
Inflasi yang paling parah dengan dtandai dengan kenaikan harga sampai 5 atau 6 kali dan nilai uang merosot dengan tajam. Biasanya keadaan ini timbul apabila pemerintah mengalami defisit anggaran belanja.
A.Penyebab Inflasi

Inflasi selalu dihubungkan dengan jumlah uang yang beredar.Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang penyebab terjadinya inflasi.
Þ    Teori Kuantitas
Teori ini adalah teori yang tertua yang membahas tentang inflasi, tetapi dalam perkembangannya teori ini mengalami penyempurnaan oleh para ahli ekonomi Universitas Chicago, sehingga teori ini juga dikenal sebagai model kaum moneteris (monetarist models). Teori ini menekankan pada peranan jumlah uang beredar dan harapan (ekspektasi) masyarakat mengenai kenaikan harga terhadap timbulnya inflasi. Inti dari teori ini adalah sebagai berikut :
ü  Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume uang beredar, baik uang kartal maupun giral.
ü  Laju inflasi juga ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang beredar  dan oleh harapan (ekspektasi) masyarakat mengenai kenaikan harga di masa mendatang.
ü  Tokoh yang sependapat dengan teori kuantitas adalah Irving Fisher yaitu yang dikenal Teori Jumlah Peredaran Uang (Quantity Theory of Money).Beliau mengemukakan rumus untuk membuktikan bahwa jumlah uang yang dibayarkan oleh pembeli akan sama dengan jumlah uang diterima oleh penjual yaitu :

MV = PT
Keterangan :
M : Jumlah uang yang beredar              V : Kecepatan perputaran uang
P : Tingkat harga                                   T : Banyaknya transaksi
Þ    Teori Keynes
Teori Keynes memiliki pandangan bahwa yang paling menentukan kestabilan kehidupan ekonomi nasional adalah permintaan masyarakat (effective demand), hal ini terkait dengan produksi dan kapasitas produksi yang tersedia.Rendahnya kapasitas barang yang diproduksi berakibat harga barang menjadi naik,akibatnya timbul lagi inflasi.
Þ    Teori Strukturalis
Teori ini menitik beratkan pada Negara-negara yang sedang berkembang. Menurut teori ini yang mempengaruhi perekonomian ada dua hal penting yang dapat menimbulkan inflasi yaitu:
ü  Ketidakelastisan Penerimaan Ekspor.
Nilai ekspor tumbuh secara lamban di banding pertumbuhan sector-sektor lain. Adapun penyebabnya yaitu :
  • Dipasar dunia,harga barang-barang ekspor dari negara tersebut semakin memburuk.
  • Produksi barang-barang ekspor tidak responsif terhadap kenaikan harga.

ü  Ketidakelastisan penawaran atau produksi Bahan Makanan di dalam Negeri.
Produksi bahan makanan dalam negeri tidak tumbuh secepat pertambahan penduduk dan pendapatan per kapita.Hal ini menyebabkan harga bahan makanan di dalam negeri cenderung untuk naiksehingga melebihi kenaikan harga barang-barang lain.Dampak yang ditimbulkan yaitu timbulnya tuntutan karyawan untuk mendapatkan kenaikan upah dan gaji.Naiknya upah dan gaji menyebabkan kenaikan ongkos produksi yang memacu kenaikan harga barang pula.
Inflasi dapat disebabkan oleh kombinasi dari empat faktor:
  1. Persediaan Uang yang bertambah The supply of money goes up.
  2. Supply dari barang yang berkurang
  3. Permintaan terhadap uang tersebut menurun
  4. Permintaan untuk barang – barang lain naik. (Donny S. Makalew)
B. Pengaruh Inflasi

Inflasi dapat menyebabkan prekonomian tidak berkembang secara normal. Dalam kaitanya dengan pertumbuhan ekonomi, inflasi dapat membawa pengaruh sebagai berikut :
Þ    Inflasi mendorong penanaman modal spekulatif
Pada saat inflasi, para pemilik modal cenderung melakukan investasi spekulatif,misalnya dengan cara membeli tanah,rumah,atau menyimpan barang-barang berharga yang lebih menguntungkan bila dibandingkan melakukan investasi produktif yang belum tentu akan memberikan kontribusi positif untuk selanjutnya.
Þ    Inflasi menimbulkan ketidakpastian keadaan ekonomi di masa depan.
Inflasi akan semakin berkembang bila tidak di kendalikan. Gagal mengendalikan inflasi akan menimbulkan ketidakpastian ekonomi serta sulit di ramalkan sehingga akan dapat mengurangi kegairahan pengusaha untuk mengembangkan kegiatan ekonomi.
Þ    Inflasi menimbulkan masalah neraca pembayaran
Inflasi menyebabkan harga barang-barang impor lebih murah bila dibandingkan dengan harga barang produksi dalam negeri.Maka impor berkembang lebih cepat,tetapi ekspor akan bertambah lambat.Dengan demikian arus modal ke luar negeri akan lebih banyak dari pada yang masuk ke dalam negeri.Keadaan seperti ini akan mengakibatkan terjadinya defisit neraca pembayaran dan kemerosotan nilai mata uang dalam negeri.
C. Akibat Inflasi 
Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif- tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu. Secara singkat dapat di pilah akibat buruk dari inflasi tersebut.

v  Kesenjangan Distribusi Pendapatan
v  Pendapatan Riil Merosot
v  Nilai Riil Tabungan Merosot
Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi
Bagi orang yang meminjam uang dari bank (debitur), inflasi menguntungkan, karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam
F. Cara Mengatasi Inflasi

Inflasi merupakan penyabab keresahan masyarakat dan mengakibatkan kekhawatiran pemerintah. Oleh sebab itu pemerintah berusaha menekan inflasi serendah-rendahnya karena inflasi tidak dapat dihapuskan sama sekali. Inflasi ada yang disahkan (validated),yaitu inflasi yang dibiarkan secara terus menerus karena pemerintah mengizinkan penambahan suplai uang misalnya karena defisit anggaran dengan mencetak uang baru.Jika inflasi yang yang terjadi tidak disertai dengan kenaikan suplai uang ,maka inflasi itu disebut inflasi yang tidak disahkan. Inflasi dapat menguntungkan orang lain,sehingga menimbulkan ketegangan social.Oleh sebab itu,tiap-tiap Negara berusaha menghindari inflasi dengan melakukan kebijakan-kebijakan.Untuk mengatasi inflasi Bank sentral memainkan peranan penting dalam mengendalikan inflasi.
Bank sentral suatu negara pada umumnya berusaha mengendalikan tingkat inflasi pada tingkat yang wajar. Beberapa bank sentral bahkan memiliki kewenangan yang independen dalam artian bahwa kebijakannya tidak boleh diintervensi oleh pihak di luar bank sentral -termasuk pemerintah. Hal ini disebabkan karena sejumlah studi menunjukkan bahwa bank sentral yang kurang independen — salah satunya disebabkan intervensi pemerintah yang bertujuan menggunakan kebijakan moneter untuk mendorong perekonomian — akan mendorong tingkat inflasi yang lebih tinggi.
Bank sentral umumnya mengandalkan jumlah uang beredar dan/atau tingkat suku bunga sebagai instrumen dalam mengendalikan harga. Selain itu, bank sentral juga berkewajiban mengendalikan tingkat nilai tukar mata uang domestik. Hal ini disebabkan karena nilai sebuah mata uang dapat bersifat internal (dicerminkan oleh tingkat inflasi) maupun eksternal (kurs). Saat ini pola inflation targeting banyak diterapkan oleh bank sentral di seluruh dunia, termasuk oleh Bank Indonesia.
Secara umum terdapat dua kebijakan yang dilakukan untuk menekan laju inflasi diantaranya kebijakan moneter dan kebijakan fiskal.
Ø  kebijakan moneter dan kebijakan fiskal.
1. Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah tindakan atau kebijakan yang diambil oleh penguasa moneter biasanya bank sentraluntuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar sehingga akan terjadi perubahan jumlah uang yang beredar yang pada akhirnya akan mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat.
Ada beberapa macam kebijakan moneter yaitu :
a)      Politik Diskonto
b)      Kebijakan Pasar Terbuka
c)      Kebijakan Persediaan Kas (cash ratio policy)
d)     Perubahan Cadangan Minimum
2. Kebijakan Fiskal
Ada beberapa macam kebijakan Fiskal yaitu :
a)      Pengaturan Pengeluaran Pemerintah
b)      Menaikan Tarif Pajak
c)      Mengadakan Pimjaman Pemerintah


3. Kebijakan Non-Moneter
a)      Menaikan Hasil Produksi
b)      Kebijakan Upah
c)      Pengaman harga dan distribusi barang
G. Menghitung Laju Inflasi
Inflasi = IHKN – IHK n-1 x 100IHKn-1

Þ    GNP Deflator ( Indeks harga Implisit )
GNP Deflator adalah rasio GNP (Gross National Product) nominal pada tahun tertentu terhadap GNP riil pada tahun tersebut. Hal ini merupakan ukuran inflasi dari periode dimana harga dasar untuk perhitungan GNP riil digunakan sampai GNP sekarang.Perhitungan cara ini melibatkan semua barang yang di produksi.
GNP Deflator = (GNP Nominal : GNP Riil) x 100%
Þ    Indeks Harga Konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI)
Indeks Harga Konsumen berfungsi mengukur biaya pembelian kelompok barang dan jasa yang di anggap mewakili belanja konsumen. Biasanya, kelompok barang yang digunakan masyarakat dapat berubah. Hal ini disesuaikan dengan pola konsumsi yang ada.

Dalam penetapan indeks harga konsumen, ada beberapa faktor yang dianggap mempunyai pengaruh cukup besar terhadap pembentukan harga konsumen, sebagai berikut:
1)      Kebijakan pemerintah berkenaan dengan politik ekonomi dan moneter serta politik perdagangan luar negeri.
2)      Kebijakan harga yang ditetapkan oleh pemerintah.
3)      Jumlah permintaan konsumen terhadap komoditas.
4)      Kenaikan pendapatan masyarakat.
5)      Biaya produksi yang dikeluarkan oleh produsen.
6)      Nilai mata uang jika dibandingkan dengan kurs.

Inflasi yang diukur dengan IHK di Indonesia dikelompokan ke dalam 7 kelompok pengeluaran yaitu :
1)      Kelompok Bahan Makanan
2)      Kelompok Makanan Jadi, Minuman, dan Tembakau
3)      Kelompok Perumahan
4)      Kelompok Sandang
5)      Kelompok Kesehatan
6)      Kelompok Pendidikan dan Olah Raga
7)      Kelompok Transportasi dan Komunikasi.







Berikut ini merupakan data-data inflasi yang ada di Sumatera Utara yang bersumber dari BPS (Badan Pusat Statistik) SUMUT.
      Perkembangan Inflasi Di Sumatera Utara

Tahun
Besar Inflasi
1999
1,37
2000
5,73
2001
14,79
2002
9,59
2003
4,23
2004
6,80
2005
22,41
2006
6,11
2007
6,60
2008
10,72
2009
2,61
2010
8,00
2011
3,67

Perkembangan Inflasi
 di Sumatera Utara Thn. 2008

Bulan
Besar Inflasi
Januari
1,14
Februari
1,53
Maret
2,45
April
2,68
Mei
4,29
Juni
7,03
Juli
8,47
Agustus
8,14
September
8,41
Oktober
9,70
November
10,09
Desember
10,72

                  

Perkembangan Inflasi di Sumatera Utara Thn. 2009
Bulan
Besar Inflasi
Januari
-0,15
Februari
-0,38
Maret
-0,73
April
-1,17
Mei
-0,91
Juni
-0,94
Juli
0,23
Agustus
1,16
September
2,37
Oktober
2,62
November
2,08
Desember
2,61



Perkembangan Inflasi Di Sumatera Utara Thn. 2010
Bulan
Besar Inflasi
Januari
1,40
Februari
1,68
Maret
1,03
April
1,06
Mei
1,33
Juni
3,26
Juli
5,33
Agustus
4,94
September
4,80
Oktober
5,20
November
6,19
Desember
8,00

Perkembangan Inflasi di Sumatera Utara Thn. 2011
Bulan
Besar Inflasi
Januari
1,97
Februari
1,49
Maret
0,45
April
-0,39
Mei
-0,62
Juni
0,36
Juli
1,29
Agustus
2,43
September
3,71
Oktober
3,04
November
3,12
Desember
3,67

Laju Inflasi SUMUT 2001-2008 Terhadap Bahan Makanan
Tahun
Besar Inflasi
2001
18,13
2002
8,54
2003
-2,70
2004
8,34
2005
23,83
2006
5,03
2007
12,31
2008
17,76














                            

Laju Inflasi SUMUT 2001-2008 Terhadap Makan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau
Tahun
Besar Inflasi
2001
5,03
2002
9,87
2003
4,90
2004
1,94
2005
11,75
2006
5,65
2007
4,40
2008
9,15



















Laju Inflasi SUMUT 2001-2008 Terhadap Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar
Tahun
Besar Inflasi
2001
14,93
2002
17,49
2003
10,52
2004
9,01
2005
16,92
2006
10,17
2007
3,57
2008
7,94






                   








Laju Inflasi SUMUT 2001-2008 Terhadap Sandang
Tahun
Besar Inflasi
2001
14,93
2002
17,49
2003
10,52
2004
9,01
2005
16,92
2006
10,17
2007
3,57
2008
7,94










Laju Inflasi SUMUT 2001-2008 Terhadap Kesehatan
Tahun
Besar Inflasi
2001
8,90
2002
3,82
2003
3,03
2004
6,54
2005
4,66
2006
7,11
2007
0,57
2008
8,08






               







Laju Inflasi SUMUT 2001-2008 Terhadap Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga
Tahun
Besar Inflasi
2001
12,37
2002
6,73
2003
13,41
2004
3,84
2005
5,00
2006
7,69
2007
12,00
2008
8,83






            





Laju Inflasi SUMUT 2001-2008 Terhadap Transpor Komunikasi dan Jasa Keuangan
Tahun
Besar Inflasi
2001
12,29
2002
9,68
2003
10,38
2004
6,53
2005
60,59
2006
1,17
2007
1,59
2008
8,38






          

Tidak ada komentar:

Posting Komentar