Ilmu adalah jendela dunia

Carilah Ilmu bagai Mencari mata Air Baru

***** MEMBACA ADALAH CARA UNTUK MENEMUKAN PENGETAHUAN ****

Sabtu, 25 Januari 2014

Pembagian Kelas Micro Teaching Prodi Pendidikan Ekonomi 2011

KELAS A REGULER
DOSEN PENGAMPU : Drs. Johnson, M.Si
  1. Agi Andriosa
  2. Ananda Setiawan
  3. Ayana Panjaitan
  4. Ayu sasni Munthe
  5. Bunga Rotua
  6. Chintya Eriana
  7. Dominikus
  8. Elly Nora
  9. Randa Ilsam
  10. Reinhard Sihite
  11. Rezki Ardiansyah
  12. Rina Samosir
  13. Risma Tinambunan
  14. Rolli Sinaga
  15. Rudianto Tumanggor
  16. Rukunmawati Damanik

KELAS B REGULER
DOSEN PENGAMPU : Drs. Tauada Silalahi, M.Pd
  1. Arni Lestari Halawa
  2. Marida Sinaga
  3. Medya Nova Debora
  4. Fitri Handayani
  5. Gusti Arfiniora
  6. Hotma delima
  7. Irma Anggita
  8. Masniari Batubara
  9. Rispiani
  10. Sarmiana Damanik
  11. Winni wahyuni Harahap
  12. Zsesa Delanovita
  13. Meri Berliana
  14. Merry Riduanti sinurat
  15. Rammen Andino Sinaga
  16. Richi Suhendra Manulang
KELAS C REGULER
DOSEN PENGAMPU : Dr. Arwansyah , M.Si
  1. Epenetus Silitonga
  2. Evi Nora Silaban
  3. Fadlan
  4. Muhammad Iqbal Hasibuan
  5. Umarsyah
  6. Yuni Harlis
  7. Nurhadizah Siregar
  8. Herawati Nainggolan
  9. Sabda Dian Nurani
  10. Shintya Khaterina M
  11. Wenny Lisa Bangun
  12. Yudi A Sipayung
  13. Zaharani Satha
  14. Zesty Giarni werty
  15. Sahat Sijabat
KELAS D REGULER
DOSEN PENGAMPU : Drs. Jisman Pardede
  1. Josmer  Simanjuntak
  2. Julpan Daniel S
  3. Leo Chandra
  4. Lestari salfina
  5. Martha Yolanda
  6. Mayfin sagala
  7. Febrina hutagalung
  8. Genesis Sembiring
  9. Grace C Malau
  10. Melva S Sitanggang
  11. New Arista Nababan
  12. Habri Jonathan S
  13. Nurhazizah
  14. Putri Elperida Pasaribu
  15. Ramadhani Fitri L


 Sumber : Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi Unimed

Kamis, 09 Januari 2014

Karya Ilmiah (JUARA 2 Tahun 2013 DI Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Medan )

ENAM SOLUSI CANTIK MEMBANGUN MORAL BANGSA

          Kenakalan remaja di era modern ini sudah melebihi batas yang sewajarnya. Banyak anak dibawah umur yang sudah mengenal Rokok, Narkoba, Free sex, dan terlibat banyak tindakan kriminal lainnya. Fakta ini sudah tidak dapat dipungkuri lagi, anda dapat melihat brutalnya remaja jaman sekarang. Meningkatnya tingkat kriminal di Indonesia tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa, tetapi banyak juga dari kalangan para remaja. Tindakan kenakalan remaja sangat beranekaragam dan bervariasi serta lebih terbatas jika dibandingkan tindakan kriminal orang dewasa. Juga motivasi para remaja sering lebih sederhana dan mudah dipahami, misalnya : pencurian yang dilakukan oleh seorang remaja, hanya untuk memberikan hadiah kepada mereka yang disukainya dengan maksud untuk membuat kesan impresif yang baik atau mengagumkan.
          Tingginya angka kenakalan remaja di Indonesia cukup menghawatirkan. Menurut Data Biro Statistik Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, lima provinsi di Indonesia yang memiliki angka kenakalan remaja yang tinggi adalah Provinsi Sumatera Utara, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
          Pada kelima provinsi tersebut seringkali timbul tindakan kekerasan yang diekspresikan dengan cara menyakiti diri sendiri dan orang lain. Hal ini dapat menjadi konflik yang lebih luas, baik di dalam maupun antar masyarakat dan negara.
          Dari hasil asesmen yang telah dilakukan oleh PMI, didapat sebuah kesimpulan bahwa lebih dari 65% remaja memiliki masalah di keluarga seperti masalah keuangan, masalah perceraian orang tua dan anggota keluarga meninggal. Hal tersebut akan berdampak pada banyaknya permasalahan yang timbul, seperti penyalahgunaan alkohol, obat-obatan, dan senjata, ketidaksetaraan gender, diskriminasi dan pengucilan, kekerasan terhadap norma-norma budaya, kemiskinan dan kesenjangan akses ekonomi, lemah atau tidak adanya sistem pendukung, dan toleransi terhadap penyalahgunaan kekuasaan.
          Hasil Data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, tindak kekerasan di tempat umum biasanya terbuka, dapat dilihat dan terjadi di lapangan sekolah, daerah kumuh dan jalanan di perkotaan.
          Dari hasil deskripsi yang telah digambarkan di atas, maka kita dapati gambaran moralitas pemuda - pemudi bangsa ini sekarang. Kita dapat mengetahui sesungguhnya moral bangsa ini dapat dikatakan belum berada pada kondisi yang baik. Hal ini seharusnya menjadi perhatian kita bersama, guna membentuk moralitas pemuda - pemudi bangsa kita menjadi lebih baik. 
          Ada beberapa penyebab rusaknya moral bangsa Indonesia, pertama yaitu pengaruh budaya luar. Yang dimaksud dengan pengaruh budaya luar ini adalah hal yang mungkin menjadi penyebab rusaknya moral bangsa Indonesia, tak dapat dipungkiri pengaruh budaya barat dapat merusak moral bangsa ini. Sebagai contoh, free sex dan pergaulan bebas yang merupakan produk negara barat yang bebas masuk ke negeri ini. 
        Sedangkan penyebab yang kedua adalah Kurangnya pemahaman agama. Kurangnya Agama ini juga bisa menjadi sebab rusaknya moral bangsa Indonesia. Jika agama yang kita miliki kuat, maka tentu saja kita akan takut berbuat dosa. Sehingga tidak akan ada kejahatan atau paling tidak kejahatan akan sangat minim dalam negeri ini. Contohya saja jika para pejabat negeri ini memiliki landasan agama yang baik, maka akan dapat dipastikan kejahatan korupsi tidak akan terjadi di negeri ini. 
          Serta penyebab yang terakhir adalah adanya kesaalahnya dalam sistem pendidikan Indonesia. Sebagaimana anda tahu anak-anak menghabiskan banyak waktunya di dalam sekolah. Sayangnya sekolah sekarang hanya identik untuk mencari ilmu duniawi saja dan jarang ada yang sekolah yang juga mengajarkan aspek-aspek moral dan jikalau adapun, komposisi pendidikan moral sangat minim.
          Dalam batasan hukum, menurut Philip Rice dan Gale Dolgin, penulis buku The Adolescence, terdapat dua kategori pelanggaran yang dilakukan remaja, yaitu pelanggaran indeks. Yang dimaksud pelanggaran indeks adalah munculnya tindak kriminal yang dilakukan oleh anak remaja. Perilaku yang termasuk di antaranya adalah pencurian, penyerangan, perkosaan, dan pembunuhan. Pelanggaran status, di antaranya adalah kabur dari rumah, membolos sekolah, minum minuman beralkohol di bawah umur, perilaku seksual, dan perilaku yang tidak mengikuti peraturan sekolah atau orang tua.
          Menurut Mappiare (dalam Hurlock, 1990) remaja mulai bersikap kritis dan tidak mau begitu saja menerima pendapat dan perintah orang lain, remaja menanyakan alasan mengapa sesuatu perintah dianjurkan atau dilarag, remaja tidak mudah diyakinkan tanpa jalan pemikiran yang logis. Denganperkembangan psikologis pada remaja, terjadi kekuatan mental, peningkatan kemampuan daya fikir, kemampuan mengingat dan memahami, serta terjadi peningkatan keberanian dalam mengemukakan pendapat.
          Faktor faktor Penyebab kenakalan remaja antara lain kurangnya sosialisasi dari orang tua ke anak mengenai nilai-nilai moral dan social, contoh perilaku yang ditampilkan orangtua (modeling) di rumah terhadap perilaku dan nilai-nilai anti-sosial, kurangnya pengawasan terhadap anak (baik aktivitas, pertemanan di sekolah ataupun di luar sekolah, dan lainnya), kurangnya disiplin yang diterapkan orangtua pada anak, rendahnya kualitas hubungan orangtua-anak, tingginya konflik dan perilaku agresif yang terjadi dalam lingkungan keluarga, kemiskinan dan kekerasan dalam lingkungan keluarga, anak tinggal jauh dari orangtua dan tidak ada pengawasan dari figur otoritas lain, perbedaan budaya tempat tinggal anak, misalnya pindah ke kota lain atau lingkungan baru, adanya saudara kandung atau tiri yang menggunakan obat-obat terlarang atau melakukan kenakalan remaja.
         Dari fakta fakta yang telah di deskripsikan di awal, banyak yang dapat kita lakukan untuk menekan kenakalan remaja dan menumbuhkan moral bangsa dari pemuda – pemudi Indonesia, yaitu 
1. Untuk menghindarkan diri dari pergaulan yang salah, kita harus pandai memilah dan memilih teman dekat. Karena pergaulan akan sangat berpengaruh terhadap etika, moral, dan akhlak. Karena kepribadian manusia akan terpengaruhi dari pergaulan itu sendiri. Apabila seseorang bergaul di lingkungan yang baik,maka ia akan timbul kepribadian yang baik juga. Dan apabila seseorang bergaul pada kondisi lingkungan yang kurang baik,maka akan timbul kepribadian yang kurang baik juga.

2. Peran orang tua sangat penting dalam pembentukan karakter seseorang, terutama dalam mengenalkan pendidikan agama sejak dini. Perhatian dari orang tua juga sangat penting, karena pada banyak kasus kenakalan remaja di sebabkan kurangnya perhatian orang tua. Seperti halnya karena kurangnya perhatian orang tua, seseorang akan cenderung melampiaskan amarahnya pada orang lain dengan tindakan yang tidak wajar yang umumnya dilakukan oleh kaum muda.

3. Memperluas wawasan dan pengetahuan akan sangat berguna untuk menyaring pengaruh buruk dari lingkungan, misalnya kebiasaan merokok. Orang-orang menganggap bahwa merokok meningkatkan kepercayaan diri dalam pergaulan. Padahal jika dilihat dari sisi kesehatan, merokok dapat menyebabkan banyak penyakit, baik pada perokok aktif maupun pasif. Sehingga kebiasaan ini tidak hanya akan mempengaruhi dirinya sendiri, melainkan juga orang-orang di sekelilingnya.

4. Meningkatkan iman dan takwa dengan cara bersyukur, bersabar, dan beramal sholeh. Dengan cara mendekatkan diri kepada Allah, rajin beribadah, beramal shaleh, tentu akan membuat kita terhindarkan dari perbuatan yang tidak sesuai di jalan Allah. 

5. Adanya mata kuliah Pendidikan moral dan Pengembangan karakter salah satunya Pendidikan Kewarganegaraan yang diikuti mahasiswa untuk menanamkan pada diri masing-masing akan pentingnya pendidikan karakter untuk memperbaiki moral bangsa. Lalu pendidikan agama yang didalamnya terdapat berbagai pendekatan untuk menuju moral yang lebih baik serta memperteguh penanaman nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. 

6. Mampu memanfaatkan Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebaik-baiknya.
Dengan menerapkan enam solusi yang dipaparkan penulis diatas, maka kondisi moral pemuda Indonesia sekarang ini akan dapat diubah kearah yang lebih baik, jika moral pemuda Indonesia secara umum baik, maka perubahan – perubahan pembangunan bangsa Indonesia akan dapat maksimal dan lebih berkembang menjadi lebih baik lagi. Pemuda Indonesia yang memiliki moral yang baik akan menjadi pemimpin masa depan yang nantinya akan dapat berkontribusi dalam pembagunan bangsa Indonesia. 


Daftar Pustaka:
Bancin,Tekka.Makalah fenomena kerusakan moral dan solusinya
http://tekkabancin.blogspot.com/2013/10/makalah-fenomena-kerusakan-moral-dan.html ( Kamis, 5 Des 2013)

Gopher, haidir . Contoh makalah kenakalan remaja
http://contohmakalahkenakalanremaja.blogspot.com/ (Senin, 2 Des 2013)

Sidiq, Anggun Permana .Kurangi Kenakalan Remaja dengan YABC
http://pmi.or.id/ina/publication/?act=detail&p_id=809 (Senin, 2 Des 2013)


Karya Ilmiah ini di ajukan oleh : Ananda Setiawan 
pada Kegiatan Lomba Kreativitas Mahasiswa 
dan mendapat juara 2 
Di Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Medan


Teori X dan Teori Y - Douglas Mc Gregor

       Pada tahun 1950, Douglas McGregor (1906-1964), seorang psikolog yang mengajar di MIT dan menjabat sebagai presiden Antioch College 1948-1954, mengkritik baik klasik dan hubungan manusia tidak memadai untuk sekolah sebagai kenyataan di tempat kerja. Dia percaya bahwa asumsi yang mendasari kedua sekolah mewakili pandangan negatif tentang sifat manusia dan pendekatan lain yang berdasarkan manajemen yang sama sekali berbeda serangkaian asumsi yang diperlukan. McGregor meletakkan ide-idenya dalam buku klasiknya 1957 artikel berjudul "The Human Side of Enterprise" dan buku tahun 1960 dengan nama yang sama, di mana ia memperkenalkan apa yang kemudian disebut humanisme baru.

McGregor menyatakan bahwa pendekatan konvensional untuk mengelola didasarkan pada tiga proposisi utama, yang disebut Teori X:
1. Manajemen bertanggung jawab untuk mengatur unsur-unsur dari usaha produktif-uang, bahan, peralatan, dan orang-dalam kepentingan ekonomi berakhir.
2. Menghormati orang lain, ini adalah proses mengarahkan usaha mereka, memotivasi mereka, mengendalikan tindakan mereka, dan memodifikasi perilaku mereka agar sesuai
dengan kebutuhan organisasi.
3. Tanpa intervensi aktif oleh manajemen, orang akan pasif-bahkan resisten-untuk kebutuhan organisasi. Oleh karena itu mereka harus dibujuk, dihargai, dihukum, dan dikendalikan. Kegiatan mereka harus diarahkan.Tugas manajemen yang demikian hanya menyelesaikan sesuatu

Menurut McGregor organisasi tradisional dengan ciri-cirinya yang sentralisasi dalam pengambilan keputusan, terumuskan dalam dua model yang dia namakan Theori X dan Theori Y. Teori X menyatakan bahwa sebagian besar orang-orang ini lebih suka diperintah, dan tidak tertarik akan rasa tanggung jawab serta menginginkan keamanan atas segalanya. Teori ini juga menyatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk pemalas yang tidak suka bekerja serta senang menghindar dari pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Pekerja memiliki ambisi yang kecil untuk mencapai tujuan perusahaan namun menginginkan balas jasa serta jaminan hidup yang tinggi. Dalam bekerja para pekerja harus terus diawasi, diancam serta diarahkan agar dapat bekerja sesuai dengan yang diinginkan perusahaan. Lebih lanjut menurut asumsi teori X dari McGregor ini bahwa orang-orang ini pada hakekatnya adalah:
1.Tidak menyukai bekerja
2.Tidak menyukai kemauan dan ambisi untuk bertanggung jawab, dan lebih menyukai diarahkan atau diperintah
3.Mempunyai kemampuan yang kecil untuk berkreasi mengatasi masalah-masalahorganisasi.
4.Hanya membutuhkan motivasi fisiologis dan keamanan saja.
5.Harus diawasi secara ketat dan sering dipaksa untuk mncapai tujuan organisasi.


Untuk menyadari kelemahan dari asumí teori X itu maka McGregor memberikan alternatif teori lain yang dinamakan teori Y. asumís teori Y ini menyatakan bahwa orang-orang pada hakekatnya tidak malas dan dapat dipercaya, tidak seperti yang diduga oleh teori X. Teori ini memiliki anggapan bahwa kerja adalah kodrat manusia seperti halnya kegiatan sehari-hari lainnya. Pekerja tidak perlu terlalu diawasi dan diancam secara ketat karena mereka memiliki pengendalian serta pengerahan diri untuk bekerja sesuai tujuan perusahaan. Pekerja memiliki kemampuan kreativitas, imajinasi, kepandaian serta memahami tanggung jawab dan prestasi atas pencapaian tujuan kerja. Pekerja juga tidak harus mengerahkan segala potensi diri yang dimiliki dalam bekerja. Secara keseluruhan asumsi teori Y mengenai manusia adalah sebagai berikut:
1. Pekerjaan itu pada hakekatnya seperti bermain dapat memberikan kepuasan lepada orang. Keduanya bekerja dan bermain merupakan aktiva-aktiva fisik dan mental. Sehingga di antara keduanya tidak ada perbedaan, jira keadaan sama-sama menyenangkan.
2. Manusia dapat mengawasi diri sendiri, dan hal itu tidak bisa dihindari dalam rangka mencapai tujuan-tujuan organisasi.
3. Kemampuan untuk berkreativitas di dalam memecahkan persoalan-persoalan organisasi secara luas didistribusikan kepada seluruh karyawan.
4. Motivasi tidak saja berlaku pada kebutuhan-kebutuhan social, penghargaan dan aktualisasi diri tetapi juga pada tingkat kebutuhan-kebutuhan fisiologi dan keamanan.
5. Orang-orang dapat mengendalikan diri dan kreatif dalam bekerja jira dimotivasi secara tepat.

Dengan memahami asumsi dasar teori Y ini, Mc Gregor menyatakan selanjutnya bahwa merupakan tugas yang penting bagi menajemen untuk melepaskan tali pengendali dengan memberikan desempatan mengembangkan potensi yang ada pada masing-masing individu. Motivasi yang sesuai bagi orang-orang untuk mencapai tujuannya sendiri sebaik mungkin, dengan memberikan pengarahan usaha-usaha mereka untuk mencapai tujuan organisasi.
Menurut McGregor, manajemen ajaran ini didasarkan pada asumsi kurang eksplisit tentang sifat manusia. Menurut McGregor, manajemen ajaran ini didasarkan pada Asumsi kurang eksplisit tentang sifat manusia. Yang pertama dari asumsi ini adalah bahwa individu tidak suka bekerja dan akan berubah jika ada kemauan. Asumsi selanjutnya adalah bahwa manusia tidak ingin tanggung jawab dan keinginan eksplisit arah. Selain itu, individu diasumsikan individu menempatkan keprihatinan di atas bahwa organisasi tempat mereka bekerja dan untuk menolak perubahan, keamanan menilai lebih dari pertimbangan-pertimbangan lain di tempat kerja. Akhirnya, manusia diasumsikan mudah dimanipulasi dan dikendalikan.

McGregor berpendapat bahwa baik klasik dan pendekatan hubungan manusia tergantung manajemen sama ini serangkaian asumsi. McGregor berpendapat bahwa baik klasik dan pendekatan hubungan manusia tergantung manajemen sama ini serangkaian asumsi. Gaya keras menyebabkan manajemen pembatasan output, saling tidak percaya, unionism, dan bahkan sabotase. McGregor disebut gaya kedua manajemen "lunak" dan mengidentifikasi metode-metode sebagai permisif dan kebutuhan kepuasan. McGregor menyarankan bahwa gaya lembut manajemen sering mengarah ke manajer 'kegagalan untuk melakukan peran manajerial mereka. levels. Ia juga menunjukkan bahwa karyawan sering mengambil keuntungan dari manajer yang terlalu permisif dengan menuntut lebih banyak, melainkan tampil di tingkat yang lebih rendah.
Mc.Gregor tertarik pada karya Abraham Maslow (1908-1970) untuk menjelaskan mengapa asumsi Teori X tidak efektif menyebabkan manajemen. Maslow telah mengusulkan bahwa kebutuhan manusia diatur dalam tingkat, dengan kebutuhan fisik dan keamanan di bagian bawah hierarki kebutuhan dan sosial, ego, dan kebutuhan aktualisasi diri di tingkat atas hirarki.

Titik dasar Maslow adalah bahwa begitu suatu kebutuhan terpenuhi, itu tidak lagi memotivasi perilaku; demikian, hanya tidak terpenuhi kebutuhan motivasi. McGregor menyatakan bahwa sebagian besar karyawan sudah mempunyai dan keselamatan fisik mereka pemenuhan kebutuhan dan motivasi bahwa penekanan telah bergeser ke sosial, ego, dan kebutuhan aktualisasi diri. McGregor mengajukan asumsi tersebut, yang ia percaya dapat menyebabkan lebih banyak manajemen yang efektif dari orang-orang dalam organisasi, di bawah rubrik Teori Y. proposisi utama dari Teori Y adalah sebagai berikut:
1. Manajemen bertanggung jawab untuk mengatur unsur-unsur dari usaha produktif-uang, bahan, peralatan, dan orang-orang dalam kepentingan ekonomi berakhir.
2. Orang tidak dengan sifat pasif atau resisten terhadap kebutuhan organisasi. Mereka telah menjadi begitu sebagai hasil dari pengalaman dalam organisasi.
3. Motivasi, pengembangan potensi, kapasitas untuk mengasumsikan tanggung jawab, dan kesiapan untuk mengarahkan perilaku ke arah tujuan organisasi semuanya hadir dalam orang-manajemen tidak menempatkan mereka di sana. Ini adalah tanggung jawab manajemen untuk memungkinkan orang untuk mengenali dan mengembangkan karakteristik manusia ini untuk diri mereka sendiri.
4. Tugas pokok manajemen adalah untuk mengatur kondisi organisasi dan metode operasi agar orang dapat mencapai tujuan-tujuan mereka sendiri dengan mengarahkan usaha mereka ke arah tujuan-tujuan organisasi.
Dengan demikian, Teori Y pada intinya memiliki asumsi bahwa upaya fisik dan mental yang terlibat dalam pekerjaan adalah wajar dan bahwa individu secara aktif mencari untuk terlibat dalam pekerjaan. Ini juga menganggap bahwa pengawasan yang ketat dan ancaman hukuman bukan satu-satunya alat atau bahkan cara-cara terbaik untuk membujuk karyawan untuk mengerahkan usaha produktif. Sebaliknya, jika diberi kesempatan, karyawan akan menampilkan motivasi diri untuk mengajukan upaya yang diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi.

Dengan demikian, menghindari tanggung jawab bukan merupakan kualitas yang melekat sifat manusia; individu akan benar-benar mencarinya di bawah kondisi yang tepat. Teori Y juga beranggapan bahwa kemampuan untuk menjadi inovatif dan kreatif ada di antara yang besar, daripada segmen kecil dari populasi. terkait dengan pekerjaan, keinginan individu imbalan yang memuaskan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri. Meskipun McGregor tidak percaya bahwa adalah mungkin untuk membuat yang benar-benar tipe Teori Y-organisasi pada 1950-an, ia tidak percaya bahwa asumsi-asumsi Teori Y akan mengarah pada manajemen yang lebih efektif. Dia mengidentifikasi beberapa pendekatan untuk manajemen bahwa ia merasa telah konsisten dengan ajaran Teori Y. Ini termasuk desentralisasi wewenang pengambilan keputusan, pendelegasian, pekerjaan pembesaran, dan partisipatif manajemen. . Program pengayaan pekerjaan yang dimulai pada 1960-an dan 1970-an juga adalah konsisten dengan asumsi Teori Y. Pada 1970-an, 1980-an, dan 1990-an, konseptualisasi McGregor Teori X dan Teori Y sering digunakan sebagai dasar untuk diskusi gaya manajemen, karyawan keterlibatan, dan motivasi pekerja. 

Beberapa penulis menyarankan bahwa organisasi pelaksana Teori Y cenderung untuk kembali kembali ke Teori X dalam ekonomi sulit kali. Lain menyarankan bahwa Teori Y tidak selalu lebih efektif daripada Teori X, tetapi bahwa kemungkinan dari setiap situasi manajerial yang ditentukan dari pendekatan ini lebih sesuai. Yang lain menyarankan ekstensi untuk Teori Y. Salah satunya, William Ouchi's Theory Z, mencoba untuk menggabungkan kekuatan Amerika berdasarkan filosofi manajemen Teori Y dengan filosofi manajemen Jepang.