”INFLASI
SUMUT”
1999 – 2011
SUMBER : BPS SUMUT
OLEH :
ANANDA SETIAWAN { 7113141005 }
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
Fakultas Ekonomi
T.A 2011 / 2012
INFLASI
A. Pengertian Inflasi
Inflasi adalah suatu
proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu)
berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor,
antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di
pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat
adanya ketidak lancaran distribusi barang.
Dengan kata lain,
inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu.
Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat
harga. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering
digunakan adalah CPI dan GDP Deflator.
B. Macam-macam Inflasi
Inflasi dapat
digolongkan menjadi empat golongan, yaitu inflasi ringan, sedang, berat, dan
hiperinflasi
a. Inflasi ringan terjadi
apabila kenaikan harga berada di bawah angka 10% setahun
b.
inflasi sedang antara 10%—30% setahun
c. berat antara
30%—100% setahun
d. dan hiperinflasi
atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100%
setahun.
C.
Sebab-sebab terjadinya Inflasi
Inflasi
dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan dan yang kedua adalah
desakan produksi dan/atau distribusi. Untuk sebab pertama lebih dipengaruhi
dari peran negara dalam kebijakan moneter (Bank Sentral), sedangkan untuk sebab
kedua lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan eksekutor yang dalam
hal ini dipegang oleh Pemerintah seperti fiskal, kebijakan pembangunan
infrastruktur, regulasi, dll.
1.
Inflasi tarikan permintaan terjadi akibat adanya permintaan total yang
berlebihan dimana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar
sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat
harga.. Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian
menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena
suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan
dalam situasi full employment dimana biasanya lebih disebabkan oleh rangsangan
volume likuiditas dipasar yang berlebihan. Membanjirnya likuiditas di pasar
juga disebabkan oleh banyak faktor selain yang utama tentunya kemampuan bank
sentral dalam mengatur peredaran jumlah uang, kebijakan suku bunga bank
sentral, sampai dengan aksi spekulasi yang terjadi di sektor industri keuangan.
2. Inflasi
desakan biaya terjadi akibat adanya kelangkaan produksi atau juga termasuk
adanya kelangkaan distribusi, walau permintaan secara umum tidak ada perubahan
yang meningkat secara signifikan. Berkurangnya produksi sendiri bisa terjadi
akibat berbagai hal seperti adanya masalah teknis di sumber produksi (pabrik,
perkebunan, dll), bencana alam, cuaca, atau kelangkaan bahan baku untuk
menghasilkan produksi tsb, aksi spekulasi (penimbunan), dll, sehingga memicu
kelangkaan produksi yang terkait tersebut di pasaran. Begitu juga hal yang sama
dapat terjadi pada distribusi, dimana dalam hal ini faktor infrastruktur
memainkan peranan yang sangat penting.
D. Dampak Inflasi
Inflasi memiliki dampak
positif dan juga dampak negatif.
1. Dampak positif:
a. Peredaran / perputaran
barang lebih cepat.
b. Produksi
barang-barang bertambah, karena keuntungan pengusaha bertambah.
c. Kesempatan kerja
bertambah, karena terjadi tambahan investasi.
d. Pendapatan nominal
bertambah, tetapi riil berkurang, karena kenaikanpendapatan kecil.
2. Dampak Negatif:
a. Harga barang-barang
dan jasa naik.
b. Nilai dan
kepercayaan terhadap uang akan turun atau berkurang.
c. Menimbulkan tindakan
spekulasi.
d. Banyak proyek pembangunan
macet atau terlantar.
e. Kesadaran menabung
masyarakat berkurang.
Inflasi ini timbul karena adanya karena
adanya inflasi dari luar negeri yang mengakibatkan naiknya harga barang-barang
impor.
Kondisi inflasi menurut Samuelson
(1998:581), berdasarkan sifatnya inflasi dibagi menjadi tiga bagian yaitu
Þ
Merayap {Creeping Inflation)
Laju inflasi yang rendah (kurang dari 10%
pertahun), kenaikan harga berjalan lambat dengan persentase yang kecil serta
dalam jangka waktu yang relatif lama.
Þ
Inflasi menengah {Galloping Inflation)
Ditandai dengan kenaikan harga yang cukup
besar dan kadang-kadang berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta
mempunyai sifat akselerasi yang arrinya harga-harga minggu/bulan ini lebih
tinggi dari minggu/bulan lalu dan seterusnya.
Þ
Inflasi Tinggi {Hyper Inflation)
Inflasi yang paling parah dengan dtandai
dengan kenaikan harga sampai 5 atau 6 kali dan nilai uang merosot dengan tajam.
Biasanya keadaan ini timbul apabila pemerintah mengalami defisit anggaran
belanja.
A.Penyebab Inflasi
Inflasi selalu dihubungkan dengan jumlah
uang yang beredar.Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang penyebab
terjadinya inflasi.
Þ
Teori Kuantitas
Teori ini adalah teori yang tertua yang
membahas tentang inflasi, tetapi dalam perkembangannya teori ini mengalami
penyempurnaan oleh para ahli ekonomi Universitas Chicago, sehingga teori ini
juga dikenal sebagai model kaum moneteris (monetarist models). Teori ini
menekankan pada peranan jumlah uang beredar dan harapan (ekspektasi) masyarakat
mengenai kenaikan harga terhadap timbulnya inflasi. Inti dari teori ini adalah sebagai
berikut :
ü Inflasi hanya bisa
terjadi kalau ada penambahan volume uang beredar, baik uang kartal maupun
giral.
ü Laju inflasi juga
ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang beredar dan oleh harapan
(ekspektasi) masyarakat mengenai kenaikan harga di masa mendatang.
ü Tokoh yang
sependapat dengan teori kuantitas adalah Irving Fisher yaitu yang dikenal Teori
Jumlah Peredaran Uang (Quantity Theory of Money).Beliau mengemukakan
rumus untuk membuktikan bahwa jumlah uang yang dibayarkan oleh pembeli akan
sama dengan jumlah uang diterima oleh penjual yaitu :
MV = PT
Keterangan :
M : Jumlah uang yang beredar V : Kecepatan perputaran uang
P : Tingkat harga T :
Banyaknya transaksi
Þ
Teori Keynes
Teori Keynes memiliki pandangan
bahwa yang paling menentukan kestabilan kehidupan ekonomi nasional adalah
permintaan masyarakat (effective demand), hal ini terkait dengan
produksi dan kapasitas produksi yang tersedia.Rendahnya kapasitas barang yang
diproduksi berakibat harga barang menjadi naik,akibatnya timbul lagi inflasi.
Þ
Teori Strukturalis
Teori ini menitik beratkan pada
Negara-negara yang sedang berkembang. Menurut teori ini yang mempengaruhi
perekonomian ada dua hal penting yang dapat menimbulkan inflasi yaitu:
ü Ketidakelastisan
Penerimaan Ekspor.
Nilai ekspor tumbuh secara lamban di
banding pertumbuhan sector-sektor lain. Adapun penyebabnya yaitu :
- Dipasar dunia,harga barang-barang
ekspor dari negara tersebut semakin memburuk.
- Produksi barang-barang ekspor tidak responsif
terhadap kenaikan harga.
ü Ketidakelastisan
penawaran atau produksi Bahan Makanan di dalam Negeri.
Produksi bahan makanan dalam negeri tidak
tumbuh secepat pertambahan penduduk dan pendapatan per kapita.Hal ini
menyebabkan harga bahan makanan di dalam negeri cenderung untuk naiksehingga
melebihi kenaikan harga barang-barang lain.Dampak yang ditimbulkan yaitu
timbulnya tuntutan karyawan untuk mendapatkan kenaikan upah dan gaji.Naiknya
upah dan gaji menyebabkan kenaikan ongkos produksi yang memacu kenaikan harga
barang pula.
Inflasi dapat disebabkan oleh kombinasi
dari empat faktor:
- Persediaan Uang yang bertambah The
supply of money goes up.
- Supply dari barang yang berkurang
- Permintaan terhadap uang tersebut
menurun
- Permintaan untuk barang – barang lain
naik. (Donny S. Makalew)
B. Pengaruh Inflasi
Inflasi dapat menyebabkan prekonomian tidak
berkembang secara normal. Dalam kaitanya dengan pertumbuhan ekonomi, inflasi
dapat membawa pengaruh sebagai berikut :
Þ
Inflasi mendorong penanaman modal spekulatif
Pada saat inflasi, para pemilik modal
cenderung melakukan investasi spekulatif,misalnya dengan cara membeli
tanah,rumah,atau menyimpan barang-barang berharga yang lebih menguntungkan bila
dibandingkan melakukan investasi produktif yang belum tentu akan memberikan
kontribusi positif untuk selanjutnya.
Þ
Inflasi menimbulkan ketidakpastian keadaan ekonomi di
masa depan.
Inflasi akan semakin berkembang bila tidak
di kendalikan. Gagal mengendalikan inflasi akan menimbulkan ketidakpastian
ekonomi serta sulit di ramalkan sehingga akan dapat mengurangi kegairahan
pengusaha untuk mengembangkan kegiatan ekonomi.
Þ
Inflasi menimbulkan masalah neraca pembayaran
Inflasi menyebabkan harga barang-barang
impor lebih murah bila dibandingkan dengan harga barang produksi dalam negeri.Maka
impor berkembang lebih cepat,tetapi ekspor akan bertambah lambat.Dengan
demikian arus modal ke luar negeri akan lebih banyak dari pada yang masuk ke
dalam negeri.Keadaan seperti ini akan mengakibatkan terjadinya defisit neraca
pembayaran dan kemerosotan nilai mata uang dalam negeri.
C. Akibat Inflasi
Inflasi memiliki dampak
positif dan dampak negatif- tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila
inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat
mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat
orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya,
dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian
menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat
kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat
dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan
swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga
sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
Secara singkat dapat di pilah akibat buruk dari inflasi tersebut.
v Kesenjangan Distribusi
Pendapatan
v Pendapatan Riil Merosot
v Nilai Riil Tabungan
Merosot
Bagi produsen, inflasi dapat
menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan
biaya produksi
Bagi
orang yang meminjam uang dari bank (debitur), inflasi
menguntungkan, karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih
rendah dibandingkan pada saat meminjam
F. Cara Mengatasi
Inflasi
Inflasi merupakan
penyabab keresahan masyarakat dan mengakibatkan kekhawatiran pemerintah. Oleh
sebab itu pemerintah berusaha menekan inflasi serendah-rendahnya karena inflasi
tidak dapat dihapuskan sama sekali. Inflasi ada yang disahkan (validated),yaitu
inflasi yang dibiarkan secara terus menerus karena pemerintah mengizinkan
penambahan suplai uang misalnya karena defisit anggaran dengan mencetak uang
baru.Jika inflasi yang yang terjadi tidak disertai dengan kenaikan suplai uang
,maka inflasi itu disebut inflasi yang tidak disahkan. Inflasi dapat
menguntungkan orang lain,sehingga menimbulkan ketegangan social.Oleh sebab
itu,tiap-tiap Negara berusaha menghindari inflasi dengan melakukan
kebijakan-kebijakan.Untuk mengatasi inflasi Bank sentral memainkan peranan
penting dalam mengendalikan inflasi.
Bank sentral suatu
negara pada umumnya berusaha mengendalikan tingkat inflasi pada tingkat yang
wajar. Beberapa bank sentral bahkan memiliki kewenangan yang independen dalam
artian bahwa kebijakannya tidak boleh diintervensi oleh pihak di luar bank
sentral -termasuk pemerintah. Hal ini disebabkan karena sejumlah studi
menunjukkan bahwa bank sentral yang kurang independen — salah satunya
disebabkan intervensi pemerintah yang bertujuan menggunakan kebijakan moneter
untuk mendorong perekonomian — akan mendorong tingkat inflasi yang lebih
tinggi.
Bank sentral umumnya
mengandalkan jumlah uang beredar dan/atau tingkat suku bunga sebagai instrumen
dalam mengendalikan harga. Selain itu, bank sentral juga berkewajiban
mengendalikan tingkat nilai tukar mata uang domestik. Hal ini disebabkan karena
nilai sebuah mata uang dapat bersifat internal (dicerminkan oleh tingkat
inflasi) maupun eksternal (kurs). Saat ini pola inflation targeting banyak
diterapkan oleh bank sentral di seluruh dunia, termasuk oleh Bank Indonesia.
Secara umum terdapat dua kebijakan yang
dilakukan untuk menekan laju inflasi diantaranya kebijakan moneter dan kebijakan fiskal.
Ø kebijakan moneter dan kebijakan
fiskal.
1. Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter
adalah tindakan atau kebijakan yang diambil oleh penguasa moneter biasanya bank
sentraluntuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar sehingga akan terjadi
perubahan jumlah uang yang beredar yang pada akhirnya akan mempengaruhi
kegiatan ekonomi masyarakat.
Ada beberapa macam kebijakan moneter yaitu
:
a) Politik
Diskonto
b) Kebijakan
Pasar Terbuka
c) Kebijakan
Persediaan Kas (cash ratio policy)
d) Perubahan
Cadangan Minimum
2. Kebijakan Fiskal
Ada beberapa macam kebijakan Fiskal yaitu :
a) Pengaturan
Pengeluaran Pemerintah
b) Menaikan
Tarif Pajak
c) Mengadakan
Pimjaman Pemerintah
3. Kebijakan
Non-Moneter
a) Menaikan
Hasil Produksi
b) Kebijakan
Upah
c) Pengaman
harga dan distribusi barang
G. Menghitung Laju Inflasi
Inflasi = IHKN – IHK n-1 x 100IHKn-1
Þ
GNP Deflator ( Indeks harga Implisit )
GNP Deflator adalah rasio GNP (Gross
National Product) nominal pada tahun tertentu terhadap GNP riil pada tahun
tersebut. Hal ini merupakan ukuran inflasi dari periode dimana harga dasar
untuk perhitungan GNP riil digunakan sampai GNP sekarang.Perhitungan cara ini
melibatkan semua barang yang di produksi.
GNP Deflator = (GNP Nominal : GNP Riil) x
100%
Þ
Indeks Harga Konsumen (IHK) atau consumer
price index (CPI)
Indeks Harga Konsumen
berfungsi mengukur biaya pembelian kelompok barang dan jasa yang di anggap
mewakili belanja konsumen. Biasanya, kelompok barang yang digunakan masyarakat
dapat berubah. Hal ini disesuaikan dengan pola konsumsi yang ada.
Dalam
penetapan indeks harga konsumen, ada beberapa faktor yang dianggap mempunyai
pengaruh cukup besar terhadap pembentukan harga konsumen, sebagai berikut:
1) Kebijakan
pemerintah berkenaan dengan politik ekonomi dan moneter serta politik
perdagangan luar negeri.
2) Kebijakan
harga yang ditetapkan oleh pemerintah.
3) Jumlah
permintaan konsumen terhadap komoditas.
4) Kenaikan
pendapatan masyarakat.
5) Biaya
produksi yang dikeluarkan oleh produsen.
6) Nilai
mata uang jika dibandingkan dengan kurs.
Inflasi yang diukur dengan IHK di Indonesia dikelompokan ke dalam 7
kelompok pengeluaran yaitu :
1)
Kelompok Bahan Makanan
2)
Kelompok Makanan Jadi, Minuman, dan Tembakau
3)
Kelompok Perumahan
4)
Kelompok Sandang
5)
Kelompok Kesehatan
6)
Kelompok Pendidikan dan Olah Raga
7)
Kelompok Transportasi dan Komunikasi.
Berikut ini
merupakan data-data inflasi yang ada di Sumatera Utara yang bersumber dari BPS
(Badan Pusat Statistik) SUMUT.
Perkembangan
Inflasi Di Sumatera Utara
Tahun
|
Besar
Inflasi
|
1999
|
1,37
|
2000
|
5,73
|
2001
|
14,79
|
2002
|
9,59
|
2003
|
4,23
|
2004
|
6,80
|
2005
|
22,41
|
2006
|
6,11
|
2007
|
6,60
|
2008
|
10,72
|
2009
|
2,61
|
2010
|
8,00
|
2011
|
3,67
|
Perkembangan
Inflasi
di Sumatera Utara Thn.
2008
Bulan
|
Besar Inflasi
|
Januari
|
1,14
|
Februari
|
1,53
|
Maret
|
2,45
|
April
|
2,68
|
Mei
|
4,29
|
Juni
|
7,03
|
Juli
|
8,47
|
Agustus
|
8,14
|
September
|
8,41
|
Oktober
|
9,70
|
November
|
10,09
|
Desember
|
10,72
|
Perkembangan
Inflasi di Sumatera Utara Thn. 2009
Bulan
|
Besar Inflasi
|
Januari
|
-0,15
|
Februari
|
-0,38
|
Maret
|
-0,73
|
April
|
-1,17
|
Mei
|
-0,91
|
Juni
|
-0,94
|
Juli
|
0,23
|
Agustus
|
1,16
|
September
|
2,37
|
Oktober
|
2,62
|
November
|
2,08
|
Desember
|
2,61
|
Perkembangan
Inflasi Di Sumatera Utara Thn. 2010
Bulan
|
Besar Inflasi
|
Januari
|
1,40
|
Februari
|
1,68
|
Maret
|
1,03
|
April
|
1,06
|
Mei
|
1,33
|
Juni
|
3,26
|
Juli
|
5,33
|
Agustus
|
4,94
|
September
|
4,80
|
Oktober
|
5,20
|
November
|
6,19
|
Desember
|
8,00
|
Perkembangan
Inflasi di Sumatera Utara Thn. 2011
Bulan
|
Besar Inflasi
|
Januari
|
1,97
|
Februari
|
1,49
|
Maret
|
0,45
|
April
|
-0,39
|
Mei
|
-0,62
|
Juni
|
0,36
|
Juli
|
1,29
|
Agustus
|
2,43
|
September
|
3,71
|
Oktober
|
3,04
|
November
|
3,12
|
Desember
|
3,67
|
Laju
Inflasi SUMUT 2001-2008 Terhadap Bahan Makanan
Tahun
|
Besar
Inflasi
|
2001
|
18,13
|
2002
|
8,54
|
2003
|
-2,70
|
2004
|
8,34
|
2005
|
23,83
|
2006
|
5,03
|
2007
|
12,31
|
2008
|
17,76
|
Laju Inflasi SUMUT 2001-2008 Terhadap Makan Jadi, Minuman,
Rokok, dan Tembakau
Tahun
|
Besar
Inflasi
|
2001
|
5,03
|
2002
|
9,87
|
2003
|
4,90
|
2004
|
1,94
|
2005
|
11,75
|
2006
|
5,65
|
2007
|
4,40
|
2008
|
9,15
|
Laju Inflasi SUMUT 2001-2008 Terhadap
Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar
Tahun
|
Besar
Inflasi
|
2001
|
14,93
|
2002
|
17,49
|
2003
|
10,52
|
2004
|
9,01
|
2005
|
16,92
|
2006
|
10,17
|
2007
|
3,57
|
2008
|
7,94
|
Laju Inflasi SUMUT 2001-2008 Terhadap Sandang
Tahun
|
Besar
Inflasi
|
2001
|
14,93
|
2002
|
17,49
|
2003
|
10,52
|
2004
|
9,01
|
2005
|
16,92
|
2006
|
10,17
|
2007
|
3,57
|
2008
|
7,94
|
Laju Inflasi SUMUT 2001-2008 Terhadap
Kesehatan
Tahun
|
Besar
Inflasi
|
2001
|
8,90
|
2002
|
3,82
|
2003
|
3,03
|
2004
|
6,54
|
2005
|
4,66
|
2006
|
7,11
|
2007
|
0,57
|
2008
|
8,08
|
Laju Inflasi SUMUT 2001-2008 Terhadap Pendidikan, Rekreasi, dan
Olahraga
Tahun
|
Besar
Inflasi
|
2001
|
12,37
|
2002
|
6,73
|
2003
|
13,41
|
2004
|
3,84
|
2005
|
5,00
|
2006
|
7,69
|
2007
|
12,00
|
2008
|
8,83
|
Laju Inflasi SUMUT 2001-2008 Terhadap Transpor Komunikasi dan
Jasa Keuangan
Tahun
|
Besar
Inflasi
|
2001
|
12,29
|
2002
|
9,68
|
2003
|
10,38
|
2004
|
6,53
|
2005
|
60,59
|
2006
|
1,17
|
2007
|
1,59
|
2008
|
8,38
|