Makalah
Teori Malthus Mengenai Ekonomi Sumber Daya Manusia
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Pentingnya Mempelajari Teori
Malthus Mengenai Ekonomi Sumber Daya Manusia
Banyak
ahli ekonomi yang telah mengemukakan pendapat mereka mengenai masalah kesejahteraan masyarakat dan menjadi
perdebatan diantara mereka sendiri. Beberapa di antara mereka ada yang
mendukung teori korelasi antara penduduk dan pembangunan, namun ada juga
diantara mereka yang mengasumsikan ini adalah sebuah pembalikan fakta terhadap
kegagalan ekonomi yang ada.
Walaupun
begitu,pada kenyataannya dukungan atau tidak didukungnya atas asumsi-asumsi
teori tersebut justru memberikan sinergi bagi perkembangan teori korelasional
pembangunan-kependudukan itu sendiri. Bagian paling klasik dari teori itu
dikenal Malthus.
Dalam
teori tersebut, Malthus menganggap bahwa jumlah penduduk senantiasa bertambah
banyak sementara pertumbuhan produksi tidaklah banyak sehingga salah satu
solusi terbaik adalah adanya pengendalian jumlah penduduk. Malthus sangat
khawatir terhadap dampak dari pertambahan penduduk terhadap ekonomi walaupun sebetulnya
bisa menjadi asumsi bahwa pertambahan penduduk akan memicu proses
industrialisasi.
Adapun
manfaat penulisan ini diharapakan dapat bermanfaat untuk
berbagai bidang yaitu, Manfaat ilmiah Sebagai media penelitian untuk mengetahui
struktur penduduk dan pengaruh peledakan penduduk bagi kehidupan masyarakat.
Manfaat sosial Sebagai sarana dalam menunjang kesejahteraan masyarakat dan
meningkatkan pembangunan bangsa dengan menata kependudukan secara baik dan
benar.
B. Pokok-pokok bahasan yang akan
dibahas
Adapun
pokok-pokok bahasan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Teori
Kependudukan Malthus (Thomas Robert Malthus)
2. Kelemahan
teori kependudukan Malthus
3. Beberapa
Pandangan Terhadap Teori Malthus
4. Perbandingan
teori Malthus dengan teori Marx
5. Pengikut-pengikut
teori Malthus
BAB
II
PEMBAHASAN
I.
Teori
Kependudukan Malthus (Thomas Robert Malthus)
Orang
yang pertama-tama mengemukakan teori mengenai penduduk adalah Thomas Robert
Malthus yang hidup pada tahun 1776 – 1824.
Analisis
dampak pertumbuhan penduduk terhadap perekonomian khususnya terhadap ancaman
kekurangan pangan mendapat perhatian lebih luas ketika Malthus mengemukakan
teorinya tentang dampak pertumbuhan penduduk terhadap kecukupan bahan pangan.
Dalam tulisannnya yang berjudul Essay on the Principle of Population. Malthus
mendebat ramalan Godwin tentang suatu masa depan dunia yang sempurna dengan
kebutuhan semua orang terpenuhi. Menurut Malthus, hal itu tidak mungkin tercapai
karena penduduk cenderung bertambah lebih cepat daripada bahan pangan. Malthus
merasa terdapat konflik antara dua kebutuhan pokok manusia, yaitu kebutuhan
akan “makanan” dan nafsu antar jenis kelamin (hubungan sex)”. Apabila bahan
makanan meningkat, maka tanpa dikendalikan, penduduk akan bertambah hingga batas
maksimal persediaan bahan makanan. Malthus berpendapat sementara penduduk bertambah
searah deret ukur (1,2,4,8,16,...) dalam parkteknya produksi pertanian tidak dapat
meningkat lebh cepat dari pada deret hitung (1,2,3,4,5...).
Deret
hitung Malthus banyak dikritik, tetapi menurut Parson (1977 Malthus
hanyamencoba menunjukkan bahwa penduduk dapat bertambah lebih cepat daripada
bahan makanan, dan suatu waktu pertumbuhan penduduk akan terhambat oleh
produksi makanan yang tidak mencukupi. Tulisan-tulisan Malthus memang
kontroversial namun cukup berpengaruh terhadap kebijakan sosial. Malthus
mengkritik “Poor Law” (peraturan untuk membantu orang miskin) di Inggris pada
abad 18, karena peraturan itu memberikan bantuan kepada keluarga-keluarga
besar. Ia berpendapat bahwa manusia pada dasarnya malas dan hanya akan bekerja
kalau ia perlu menyokong keluarganya. Peraturan untuk bantuan kepada orang
miskin yang baru dan lebih ketat dikeluarkan pada tahun 1834 menujukkan pengaruh
teori Malthus, dan orang miskin “dihukum karena kemiskinannya sendiri”.
Tulisan-tulisannya
menentang pandangan kaum Merkantilis yang menyatakan bahwa manusia menentukan
sumber-sumber alam. Teori Mathus sebabagaimana digambarkan diatas secara jelas
menggambarkan analisis dampak ekonomi (dalam kasus Malthus tersedianya bahan
makanan) dari dinamika penduduk. Analisisnya yang lebih menekankan pada
masalah-masalah kependudukan dalam kaitannya dengan keterbatasan sumberdaya
alam menyebabkan Teori Malthus dapat dimasukkan dalam lingkup ekonomi kependudukan
dan bukan pada teori ekonomi.
Kemudian
timbul bermacam-macam pandangan sebagai perbaikan teori Malthus. Dalam edisi
pertamanya Essay on Population tahun 1798 Malthus mengemukakan dua pokok
pendapatnya yaitu :
a)
Bahan makanan adalah penting untuk kehidupan
manusia
b)
Nafsu manusia tak dapat ditahan.
Malthus
juga mengatakan bahwa pertumbuhan penduduk jauh lebih cepat dari bahan makanan.
Akibatnya pada suatu saat akan terjadi perbedaan yang besar antara penduduk dan
kebutuhan hidup.
Dalil
yang dikemukakan Malthus yaitu bahwa jumlah penduduk cenderung untuk meningkat
secara geometris (deret ukur), sedangkan kebutuhan hidup riil dapat meningkat
secara arismatik (deret hitung). Menurut pendapat Malthus ada faktor-faktor
pencegah yang dapat mengurangi kegoncangan dan kepincangan terhadap
perbandingan antara penduduk dan manusia yaitu dengan jalan :
a)
Preventive
checks
Yaitu faktor-faktor yang dapat
menghambat jumlah kelahiran yang lazimnya dinamakan moral restraint. Termasuk
didalamnya antara lain:
·
Penundaan masa perkawinan
·
Mengendalikan hawa nafsu
·
Pantangan kawin
b)
Positive
checks
Positive checks biasanya dapat
menurunkan kelahiran pada negara-negara yang belum maju.Yaitu faktor-faktor
yang menyebabkan bertambahnya kematian, termasuk di dalamnya antara lain :
·
Bencana Alam
·
Wabah penyakit
·
Kejahatan
·
Peperangan
II.
Kelemahan
teori kependudukan Malthus
Teori
yang dikemukakan Malthus terdapat beberapa kelemahan antara lain:
a. Malthus
tidak yakin akan hasil preventive cheks.
b. Ia
tak yakin bahwa ilmu pengetahan dapat mempertinggi produksi bahan makanan
dengan cepat.
c. Ia
tak menyukai adanya orang-orang miskin menjadi beban orang-orang kaya
d. Ia
tak membenarkan bahwa perkembangan kota-kota merugikan bagi kesehatan dan moral
dari orang-orang dan mengurangi kekuatan dari negara
Akan
tetapi bagaimanapun juga teorinya menarik perhatian dunia, karena dialah yang
mula-mula membahas persoalan penduduk secara ilmiah. Disamping itu essaynya
merupakan methode untuk menyelesaikan atau perbaikan persoalan penduduk dan
merupakan dasar bagi ilmu-ilmu kependudukan sekarang ini.
III.
Beberapa
Pandangan Terhadap Teori Malthus
Bermacam-macam
reaksi timbul terhadap teori Malthus, baik dari golongan ahli ekonomi, sosial
dan agama. Hingga saat ini teori Malthus masih dipersoalkan. Pada dasarnya
pendapat-pendapat terhadap teori Malthus dapat dikelompokan sebagai berikut :
a.
Teori
Malthus salah sama sekali
Golongan ini menganggap Malthus
mengabaikan peningkatan teknologi, penanaman modal, perencanaan produksi.
Terhadap golongan yang tidak setuju, Malthus menjawab bahwa :
1) Tingkat
pengembangan teknologi tidak sama diseluruh negara
2) Kemampuan
yang berbeda-beda untuk mengadakan penanaman modal.
3) Faktor
kesehatan rakyat dan pengaruhnya terhadap penghidupan sosio ekonomi kultural.
4) Masalah
urbanisasi yang terdapat dimana-mana
5) Taraf
pendidikan rakyat tidak sama
6) Proses-proses
sosial yang menghambat kemajuan
7) Faktor
komunikasi dan infrastruktur yang belum sama peningkatannya
8) Faktor-faktor
sosial ekonomi serta pelaksanaan distribusinya
9) Kemampuan
sumber alam tidak akan mampu terus menerus ditingkatkan menurut kemampuan
manusia tanpa batas, melainkan akhirnya akan sampai pada suatu titik, dimana
tidak dapat ditingkatkan lagi.
10) Masih
banyak faktor lagi yang selalu tidak menguntungkan bagi keseimbangan
peningkatan penduduk dengan produksi bahan-bahan sandang pangan
Teori
Malthus tidak berlaku lagi bagi negara-negara barat, tetapi masih berlaku bagi
negara-negara Asia.
b.
Teori
Malthus memang benar dan berlaku sepanjang masa.
Penganut golongan ini setuju dengan
Teori Malthus, meskipun ada beberapa tambahan /revisi. Pengikut Malthus ini
disebut Neo Malthusionism. Mereka beranggapan bahwa untuk mencapai tujuan hanya
dengan moral restraint (berpuasa, menunda – perkawinan) adalah tidak mungkin.
Mereka berpendapat bahwa untuk mencegah laju cepatnya peningkatan cacah jiwa
penduduk harus dengan methode birth control dengan menggunakan alat
kontrasepsi.
IV.
Perbandingan
teori Malthus dengan teori Marx
Selain
Teori Malthus atau aliran Malthusian, ada juga teori Marx atau aliran Marxian,
yang berpendapat berbeda dengan Malthus, Marx membantah anggapan Malthus, Marx
berpendapat bahwa kemelaratan penduduk bukan terjadi karena kekurangan bahan
pangan, dan bukan karena pertumbuhan makanan lebih lambat, tetapi karena
kesempatan kerja yang berkurang, itu kesalahan dari sebuah Negara kapitalis,
karena menurutnya Negara kapitalis menggantikan tenaga manusia dengan mesin,
akhirnya kesempatan kerja pun berkurang, dengan tidak bekerja maka penduduk
tidak mendapatkan pemasukan, jadi menurut Marx tidak perlu dilakukan pembatasan
penduduk, tetapi harus diperluas masalah kesempatan kerja, jadi Negara
kapitalis harus merubah system menjadi Negara sosialis.
Perbandingan
antara Malthusian dan Marxian, yaitu posisi Marxian sangat optimis dalam
mencari jalan keluar dalam permasalahn penduduk, yaitu dengan cara meningkatkan
ekonomi dan perbaikan kondisi kehidupan lewat perluasan kesempatan kerja,
tetapi Malthus lebih pesimis dalam mengahadapi permasalahan ini dan sulit untuk
menyelesaikan masalah kependudukan jika laju pertumbuhan penduduk tidak
dibatasi.
Selain
itu juga terdapat teori transisi demografi, tahap peralihan demografi, yaitu
menerangkan masalah perubahan penduduk. Tahap tersebut diantaranya adalah :
1) Tingkat
kelahiran dan kematian tinggi. Penduduk tetap/naik sedikit. anggaran kesehatan
meningkat. Penemuan obat obatan semakin maju. Angka kelahiran tetap tinggi.
2) Angka
kematian menurun, tingkat kelahiran masih tinggi, pertumbuhan pendidikan
meningkat. Adanya Urbanisasi. usia kawin meningkat. Pelayanan KB > Luas.
pendidikan meningkat.
3) Angka
kematian terus menurun, angka kelahiran menurun laju pertumbuhan penduduk
menurun.
4) Kelahiran
dan kematian pada tingkat rendah pertumbuhan penduduk kembali seperti kategori
I mendekati nol. Keempat kategori ini akan didialami oleh negara yang sedang
melaksanakan pembangunan ekonomi
V.
Pengikut-pengikut
teori Malthus
Pengikut
dari teori malthus antara lain :
1) Francis Flace
(1771 – 1854)
Pada
tahun 1882 menulis buku yang berjudul Illustration and Proofs of the population
atau penjelasan dari bukti mengenai asas penduduk. Ia berpendapat bahwa
pemakaian alat kontrasepsi tidak menurunkan martabat keluarga, tetapi manjur
untuk kesehatan. Kemiskinan dan penyakit dapat dicegah.
2) Richard Callihie
(1790 – 1843)
Ia
menulis buku yang berjudul “What Is Love”, apakah cinta itu menurut dia -
Mereka yang berkeluarga tidak perlu mempunyai jumlah anak yang lebih banyak
dari pada yang dapat dipelihara dengan baik.
§ Wanita
yang kurang sehat tidak perlu menghadapi bahaya maut karena kehamilan
§ Senggama
dapat dipisahkan dari ketakutan akan kehamilan
3) Any
C. Besant (1847-1933)
Ia
menulis buku yang berjudul “Hukum Penduduk, akibatnya dan artinya terhadap
tingkah laku dan moral manusia”
4) dr. George Drysdale
(1825 – 1904)
Ia
berpendapat bahwa keluarga berencana dapat dilakukan tanpa merugikan kesehatan
dan moral. Menurut anggapannya kontrasepsi adalah untuk menegakkan moral
masyarakat.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pada
abad 19-20 teori malthus diperdebatkan, pada kelompok menyokong teori malthus
disebut Neo-Malthus. Namun kelompok ini banyak yang tidak setuju dengan teori
Malthus bahwa untuk mengurangi jumlah penduduk cukup dengan moral restrains
saja. Namun, mereka menganjurkan menggunakan semua cara “preventive checks”,
misalnya menggunakan alat kontrasepsi untuk mengurangi kelahiran.
Paul
Ehrlich dalam buku “The population domb”(1971), menggambarkan penduduk dan
lingkungan yang ada didunia. Pertama, dunia ini sudah terlalu banyak penduduk.
Kedua, keadaan bahan makanan sudah sangat terbatas. Ketiga, karena sudah
terlalu banyak manusia ini lingkungan
sudah banyak yang rusak dan tercemar. Dan kemudian Paul beserta istrinya
menulis buku yang berjudul “The population explotion” yang isinya bom penduduk yang
dihawatirkan tahun 1968 sewaktu-waktu
akan meletus, dan pencemaran serta kerusakan alam akan semakin merajalela
dikarena banyaknya penduduk. Dengan kata lain, kemampuan lingkungan suatu saat
tidak akan mampu menampung jumlah penduduk yang semakin bertambah.
Pada
tahun 1972, Meadow menerbitkan sebuah buku “The limit to growth” yang memuat
variabel antara lingkungan, penduduk, produksei pertanian, produk industri,
populasi dan sumber daya alam. Pada waktu sumber alam masih berlimpah, maka
bahan makanan per kapita, hasil industri, dan pepnduduk bertambah cepat.
Pertumbuhan ini akhirnya akan menurunkan sejalan menurunnya persedian sumber
daya alam yang akan habis pada tahun 2100.
Walaupun
dibuat asumsi yang bervariasi, namun tetap saja terjadi malapetaka seperti
kelapran, polusi, hasbisnya sumber day alam tidak dapat di hindari, hanya
waktunya saja dapat ditunda. Ada dua kemungkinan yang dapat dilakukan, yaitu membiarkan
malapetaka terjadi atau manusia membatasi pertumbuhannya dan mengelola
lingkungan alam dengan baik (Jones, 1981).
Ahli-ahli
biologi dan lingkungan menyambut baik buku the limit to groeth ini, karena
memiliki kesamaan dengan hewan dan tumbuhan dimana pertumbuhannya sangat
dibatasi oleh daya tampung alam. Sebaliknya, ahli-ahli sosial mengkritik dengan
menganggap bahwa Meadow tidak memasukkan unsur-unsur sosial dan budaya dalam
pembuatan modelnya.
REFERENSI
§ David
Lucas, dkk.1984. Pengantar Kependudukan. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.
§ Rusli Said.1995. Pengantar Ilmu Kependudukan.
Jakarta :LP3ES.
§ Tjandronegoro.
1991. Ilmu Kependudukan. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
§ Todaro
Michael P. dan Smith Stephen C. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga.
Jakarta : Erlangga.
§ http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2281627-teori-kependudukan/#ixzz27aW9LxY5